Cerita Anak Kos - Cerita Seks Dewasa , Kali ini merupakan sebuah cerita seks yg pernah terjadi pada diriku, ketika aku punya teman, dan teman juga memiliki adik yg sangat seksi sekaali sama dengan kakak Nya. Tapi Teman ku tdk pernah memberiku suatu kenikmatan yg sangat berlebih dibandingkan dengan adiknya yg sengaja aku perkosa saja demi memuaskan hasrat birahiku ini.

Cerita Seks Terbaru | kali ini memang merupakan kenikmatan seks dari adik teman ku yg seksi dang bergairah sekali. Begini awal kisanya dari cerita bebas kali ini, kisah kali ini merupakan kisah nyataku bersama dengan seorang cewek sebut saja namanya Dewi, Dewi adalah teman ku, dia itu telah mengkhianatiku sehingga timbul niatan yg tdk baik didiriku untuk membalas, tetapi karena aku dengan teman ku beda sifat, jadinya niat itu agak sulit terwujud, namun Dewi itu kebetulan sekolah di pajaresuk (Paris) he he he…, ya…Paris adalah kota tempat tinggalku, dengan banyak hiruk pikuk banyak anak sekolah.

Cerita Seks Igo | Dewi berumur 16 tahun, dan aku sendiri berumur 18 tahun. Dewi menganggapku sebagai Teman nya, karena dari dulu Dewi sangat menginginkan Teman Seperti ku, begitu juga aku yg menginginkan seorang Teman Cewe, pada mulanya kami sering Ketemu, bahkan Dewi pernah menunggui aku Ketika Pulang sekolah, tetapi kembali lagi bahwa tdk ada niatan dan rasa apa-apa, karena kami selalu menganggap bahwa kami adalah Teman Biasa.

Oh iya Dewi cewek dengan tinggi sekitar 115cm ( Cukup Pendek hehehehehehe ) , dengan berat 48 kg, cukup gemuk memang, wajah spesifik khas orang Sunda,….He he he dengan potongan rambut lumayan Panjang… tonjolan di dadanya tampaknya Lumayan Besar dengan ukuran 32b.

Setelah mengetahui aku dikhianati oleh Teman ku, maka timbul niatan didalam hatiku untuk membalas Temanku itu, namun aku bingung bagaimana caranya, disaat aku melamun mencari cara untuk membalas, tiba-tiba terdengar bunyi dering SMS, yg ternyata dari Dewi, Dewi pingin tanya tugas ujian yg akan ditempuhnya, maklum karena aku adalah Anak Yg pintar di Kelas PN atau pun di TKJ, sehingga Dewi sering banyak tanya ke aku. Lalu aku menjawab sms tsb

“ ya udah kamu ke sini aja, nanti aku ajarin, kira-kira 1 jam lagi ya, karena aku mau mandi dulu”, karena saat itu Dewi mau datang, aku bergumam kalau “ Nah ini aja cara untuk balas dendam ke Dewi, dengan cepat aku siapkan handycam dan aku pasang sedemikian rupa sehingga tdk kelihatan oleh orang yg tdk tahu, kemudian aku langsung keluar naik motor membeli obat peangsang untuk wanita.

Semua persiapan sudah dilakukan, tinggal menunggu kesempatan saja. Tepat jam 8 Pagi ( Karena kami sekolah siang) dirumahku, “ting-tong” bel berbunyi, Dewi kupersilakan masuk, tetapi aku masih bingung bagaimana akan menikmati tubuh Dewi, karena ortu dan adikku ada dirumah, sambil berpikir keras mencari cara, ternyata tiba-tiba ada telepon dari nenekku kalau ada rapat keluarga mendadak membahas masalah warisan, biasanya ortuku selalu mengajakku untuk nyopir, tetapi karena sedang ada Dewi, maka akhirnya adikku yg menyopir.

“Kebetuan sekali” gumamku, sambil menutup pagar setelah mereka pergi, aku menyiapkan segelas teh yg tentunya udah kuberi dengan obat perangsang yg tadi aku beli. Dosisnya kuberi agak banyak untuk jaga-jaga kalau Dewi minum sedikit, karena Dewi sangat haus, maka Dewi langsung menghabiskan teh itu, karena kebanyakan dosis Dewi malah pusing dan langsung pingsan.

Aku tipikal orang yg tdk bergairah jika menyetubuhi cewek yg lagi tidur, maka aku ambil seutas tali, tangan kiri dan kanan aku ikat di pojok tempat tidur, kaki aku biarkan saja, supaya nanti ada sedikit usaha untuk menikmati tubuhnya..setelah persiapan selesai, Dewi aku bangunkan dengan memerciki air ke wajahnya, akhirnya Dewi terbangun, Dewi berteriak

“ Don, apa-apaan ini??!!??”,
“gak apa-apa Wi, kamu belom pernah ngrasain surga dunia kan?, kamu akan aku kasih gratis Wi, kamu harusnya bangga lho Wi, soalnya gak semua cewek bisa nikmatin kaya gini, cewek-cewek lain tunggu mereka nikah” jawabku…

lalu Dewi memohon

” Aku mau diapakan Don? Jangan Don” mulutnya langsung kubekap dengan bibirku, aku ciumi bibirnya secara liar, tampaknya Dewi belum terangsang dan masih menolak membalas ciumanku, langsung aku cium lehernya dengan liar, Dewi agak sedikit merasa geli campur kenikmatan, dengan tangan yg terikat Dewi tetap berteriak
“ Jangan Mmmmaaasshh, mmmhhh, ahhhh, janghhggaannn” karena Dewi mulai mendesah, tanganku mulai bergerilya,

mula-mula aku remas-remas punggungnya, sambil tetap kuciumi leher dan tengkuknya, tanganku masih memain-mainkan punggungnya biar tali Bhnya lepas, dan tak lama setelah itu tali Bhnya pun lepas, aku udah tdk tahu lagi apa yg Dewi teriakkan, karena diriku udah terkubur oleh nafsu, perlahan-lahan tanganku mulai kedepan sambil tetap meremas, namun kupindah kebelakang lagi, dengan permainan lidahku dilehernya, tampaknya udah membuat Dewi lupa ingatan, mungkin karena pengaruh perangsang tadi, Dewi tanpa sengaja mendesah,

“ Janggann Donnn…, mmmppphhh, jaangann, jangan, hentikaann, ahhh, jangan hentikan, ahh teruss” tanpa sengaja Dewi berusaha untuk memutar badannya, tampaknya malah Dewi yg menginginkan payudaranya diremas, karena dari tadi aku hanya meremas punggungnya, aku bergumam “ bentar lagi kena kamu “ akhirnya Dewi udah tdk tahan lagi, badannya memutar dadanya langsung diarahkan ke tanganku, tetapi tetap kupermainkan Dewi, tdk langsung aku pegang payudaranya.

Karena pengaruh obat perangsang tadi, Dewi malah memohon dengan suara memelas

“ please don….tolong aku…, pegang susuku, remas, dan cium…tolong don…jangan hentikan….” Dewi masih kupermainkan, payudaranya tdk langsung aku pegang,

setelah berkali-kali aku mendengar rintihannya, langsung kulepas kaosnya, pada mulanya aku bingung gimana cara melepasnya, karena tangannya terikat, tanpa pikir panjang langsung aku ambil gunting di dekat kasur, yg rencananya akan digunakan untuk mengancam, langsung aku gunting bajunya dan Bhnya, karena aku udah tdk tahan lagi, langsung aku jilat putingnya yg kanan, dan yg kiri aku remas, sambil aku mainkan putingnya dengan jari, Dewi yg saat itu masih terhanyut dalam obat perangsang tiba-tiba agak tersadar dan berteriak

“ don…kenapa ahh don ahh lakukan ini?? Ahh..ahh” kujawab
“ karena aku sayang kamu, jadi kuberi kamu kenikmatan yg cewek lain gak bisa nikmatin, bahkan Teman kamu aja gak pernah lho…”sambil bergantian kiri kanan menjilat putingnya, tanganku yg satunya lagi bergerilya kebawah, Dewi saat itu masih memakai celana jeans.

Aku buka pengait di jeansnya, terlihat saat itu Dewi masih agak memberontak, karena meskipun fisiknya menerima rangsangan yg hebat, namun hatinya masih menolak karena disetubuhi orang yg Dewi anggap Teman Nya sendiri, kakinya berusaha menendang-nendang, tetapi justru itu memudahkan bagiku untuk melepas jinsnya, dengan cepat aku tarik jinsnya sehingga Dewi kini hanya tinggal menggunakan celana dalam saja..sambil menjilati putingnya, dengan cepat kutarik cdnya dengan cepat, bahkan mungkin cdnya robek karena aku menariknya kuat2.

Kini Dewi udah telanjang bulat, melihat Dewi telanjang bulat, aku langsung bangun dan memandangi wajah Dewi dengan tangan terikat, tanpa benang sehelaipun, Dewi saat itu langsung menangis, mungkin merasa malu karena tubuhnya yg telanjang bulat dilihat oleh cowok yg dianggapnya Teman nya sendiri. Dengan cepat aku langsung melepas seluruh pakaianku sehingga aku juga telanjang bulat, melihat aku telanjang, Dewi langsung menjerit, dan merem melek, liat k0ntolku. K0ntolku sih kayaknya standar saja, karena ukurannya 18 cm, tapi karena Dewi itu dasarnya orang yg tdk aneh2, dan bisa dikatakan lugu, maka dia tetap kaget.

Dewi memohon

“ don…jangan don, aku itu sayang km don, dan kuanggap sebagai Teman ku sendiri, kenapa km tega lakukan ini??”…
“ Wi…aku juga sayang kamu, makanya kamu kuberi hadiah yg tdk bakal terlupakan, sudah kamu nikmatin aja ya Wi” bibirku langsung cepat melumat bibirnya dengan memeras dan memilin putting susunya, Dewi mulai mengerang
“ ahhh…ahh…mmmhhh”ciumanku mulai menurun ke arah putting susunya, dan mulai kebawah lagi hingga ke liang kenikmatannya,

sambil tetap memeras dan memilin-milin susunya, aku mencoba menjilat memeknya ( jujur aja saat itu aku juga baru pertama kali melakukannya ) pertama aku juga agak jijik dan sedikit mual, tetapi karena reaksi yg diterima Dewi menunjukkan respon positif dengan mendesah agak keras, maka aku juga semakin berani menjilat-jilat kekiri dan kekanan di lubang kenikmatannya.

Dewi saat itu udah merem melek merasakan nikmat, sambil terus mendesah

“mmmphhh….ahhhh….ammpphh…aahhh…mmmphh” karena merasa udah sedikit aman,

aku mencoba melepas ikatan tali ditangannya, untuk melihat respon dia yg sudah terangsang, ternyata yg dilakukan sama Dewi secara tdk sengaja malah membimbing tanganku untuk memilin-milin putingnya sambil berteriak

“terrusss maasss….mmmpphhh,,,..aahhh…” selama 15 menit aku jilat lubang kenikmatannya tiba-tiba dia memegang tanganku dengan kencang sekali, tubuhnya kaku, dan dia menggelinjang hebat sambil berteriak
“ kepalanya jangan disitu Don…..aku mau ngeluarin…” aku gak perduli dan tetap menjilat-jilat, sampai akhirnya dia orgasme banyak sekali sampai mulutku blepotan terkena cairan kenikmatannya..
”ahhh…ahhh…ahhh” dia berteriak sambil menggelinjang.

Beberapa saat setelah Dewi orgasme dengan hebat, Dewi langsung memeluk badanku, tampaknya Dewi udah tdk perduli lagi…langsung kesempatan itu aku lakukan dengan berusaha memasukkan k0ntolku kedalam memeknya, karena dia habis orgasme, maka memeknya masih terdapat banyak cairan, karena aku udah tdk tahan lagi, sambil memeras dan menjilat putingnya, aku mencoba memasukkan k0ntolku, Dewi yg saat itu udah mulai sadar dari kenikmatannya langsung berteriak

“ Jangan dimasukkan Don…aku mohon, aku lakukan apapun biar km bisa merasakan enak, apapun don…”
“bener nih??” tanyaku
“ Iya don, apapun, aku juga janji gak bakal cerita sama siapapun don…” Setelah itu aku cium bibirnya dengan penuh kelembutan,

Dewi pun mau membalas ciumanku, kujulurkan lidahku di bibirnya, dan dia membalas dengan saling menjulurkan lidah, kami saling berciuman hebat selama 10 menit, sambil berciuman tanganku tetap meremas dan memilin putting susunya, sehingga Dewi udah mulai terangsang kembali, sambil terus mendesah aku terus menciumi lehernya hingga kebawah, tampaknya Dewi udah mulai tdk perduli atas perkosaan yg dialaminya, mungkin karena pengaruh obat perangsang, Dewi terus mendesah, dan mendesah, desahan-desahan yg kudengar sangat membuat nafsuku semakin tinggi, aku mulai semakin turun menjilat memeknya kembali, dan memeknya udah mulai basah kembali, karena sudah mulai terangsang, aku mencoba kembali untuk memasukkan k0ntolku, Dewi agak tersentak kaget

“ Don aku mohon..jangan Don”,
“ Cuma menggesek-gesek kok Wi, gak apa-apa, gak bakalan masuk”, jawabku..

lalu Dewi mengiyakan, dengan menggesek-gesekan k0ntolku ke lubang kenikmatannya, membuatku leluasa menciumi lehernya sambil meremas dan memilin putingnya, kadang aku memberhentikan gesekanku, tetapi malah Dewi menggoyang pinggulnya supaya klitorisnya mengenai k0ntolku, dan hal tersebut berlangsung selama 15 menit, karena Dewi sudah tdk tahan atas rangsangan yg begitu hebat, maka secara tdk sadar Dewi terlena dan berbisik kepadaku

“ Don…akkhhh akkuu, uddaah gak tahaan..akkhhh, massukkin aja don…sssshhh” mendapat lampu hijau aku langsung mencoba untuk masukin, karena aku pada dasarnya juga belum melakukan seperti itu, maka aku coba masukin secara pelan-pelan, lubangnya sempit sekali, karena memang Dewi masih perawan.

Aku coba terus menerus dan berusaha sekuat tenaga, Dewi berteriak

“ Pelan-pelan Don”, selama hampir 5 menit aku mencoba juga belum masuk-masuk, akhirnya dengan perjuangan sekuat tenaga blessshhh, k0ntolku berhasil masuk ke memeknya, Dewi mem*kik
“ Ahhh… sakit don“, keluar darah segar dari memek Dewi tanda keperawanannya telah bobol.
“ Sakitnya cuma sebentar sayang, habis itu enak sekali” jawabku,

aku terus memompa batang k0ntolku di lubang kenikmatan Dewi, aku merasakan k0ntolku dipijit-pijit oleh lubang kenikmatannya, rasanya nikmat sekali, benar-benar merasakan surga dunia, Dewi pun juga tampak menikmatinya sambil mendesah

“ Ahhhkk…ahhh…ahh…teruss mass..ssshh…mmmhh, jangann berrhenti…ahhkk, ennaakk sekali don…”,
“sepeti surga dunia kan Wi?” tanyaku.. “ Iyyaa…ahhkk..masshh..” jawab Dewi..

Aku terus memompa dengan sangat cepat sekali, sampai payudara Dewi bergerak naik turun..suatu pemandangan yg sungguh indah melihat Dewi telanjang bulat sedang aku setubuhi..setelah 25 menit aku memompa, tiba-tiba badan Dewi kembali kaku, mengejang, dan menggelinjang dengan hebat tanda Dewi sudah mau orgasme…langsung kupercepat kocokanku supaya aku juga dapat ngluarin bareng.. tetapi karena Dewi udah tdk tahan maka dia berteriak

“ Don…..eennaakk sekaalii…aku mau keluarin” Dewi orgasme untuk yg kedua kalinya, aku merasakan ada cairan panas di kepala k0ntolku, aku tetap mengocok tubuh Dewi sehingga selang beberapa saat aku juga mau orgasme
” Wi aku juga mau keluar…” kataku,

langsung aku keluarkan di dalam rahim Dewi, putri merasakan ada cairan hangat yg masuk kerahimnya, setelah orgasme, kami berdua saling berpelukan cukup lama, dan aku membiarkan k0ntolku berada di liang memeknya…

Entah apa yg berada di dalam pikiran Dewi, sehingga dia hanya terdiam seribu bahasa, lalu aku kecup keningnya sambil berkata

“ Gimana Wi? Enak kan ? “ dia mengangguk dengan mata yg agak sembab, mungkin dalam hati kecilnya dia agak menyesal atas apa yg terjadi, tetapi dia tdk bisa menahan keinginan fisik dan nafsunya untuk disetubuhi..akhirnya kami tertidur dalam keadaan telanjang, sampai akhirnya kami kaget dengan bunyi bel tanda ortuku dan adikku pulang..Saat itu kami panik, kami berdua masih telanjang, sedangkan baju Dewi udah robek semua terkena gunting…cdnya juga udah robek..

Setelah pintu digedor beberapa lama namun kami tdk membukakan karena masih bingung akan pakai pakaian apa Dewi nanti, Dewi langsung kusuruh sembunyi di lemari pakaian, dan aku pura-pura dari kamar mandi.

“ Kenapa pintunya lama sekali dibuka ? “ tanya ayahku,
“ Oh maaf, tadi aku baru mandi pap “.
“Lho Dewi mana ? kok motornya masih disini ?” tanya ibuku.
“ Oh tadi ketempat temennya adi dekat sini aku yg anterin mam, terus nanti aku jemput. Lho papa mama kok udah pulang ? “ tanyaku
“ Oh ini ada yg ketinggalan berkas sertifikat rumah, bentar lagi juga berangkat “ Jawab ayahku.
“ Yes “ gumamku dalam hati, masih ada kesempatan untuk bisa lepas dari masalah ini.

Setelah ortuku berangkat, aku buka pintu lemari, dan aku bilang ke Dewi kalau semuanya sudah aman. Aku kembali mencium keningnya, mulut kami saling berpagutan dan akhirnya saling bersetubuh kembali sampai 1 jam lamanya, entah berapa kali dia orgasme, yg jelas aku merasakan orgasme sampai 3 kali, Dewi tampaknya benar-benar menikmati persetubuhan ini.

Setelah itu akhirnya Dewi pulang dengan pinjam kaosku, setelah kejadian itu kami tdk pernah saling kontak, dan komunikasi. Tapi setelah kejadian itu, Dewi malah punya pacar Nama nya irfANJING…he he he , dan dia membuka diri untuk berhubungan dengan cowok, tdk seperti dulu yg tdk bisa menerima cowok, mungkin karena ketagihan kali ya??? he he he

Tetapi setiap mengingat desahan dan goyangan Dewi membuatku langsung dibakar nafsu..Dewi benar-benar hebat untuk pengalaman pertamaku, aku menyesal kenapa dia tdk kujadikan pacar saja, karena kalo dia pacarku bisa jadi aku merasakan kenikmatan setiap saat.

Cerita Anak Kos - Cerita Seks Dewasa , Namaku Aji asli dari pulau Dewata, tinggi 180 cm, berat 65 kg, usiaku saat ini menginjak 30 tahun dan kulit putih bersih kata orang yg mengenal saya. Statusku sudah berkeluarga dan mempunyai istri yg cantik dan dua orang anak-anak yg Masih kecil. Dan bekerja pada salah satu BUMN terkemuka di kotaku di Denpasar.

Cerita Seks Igo | Namun hubunganku khususnya masalah sex dengan istriku kurang begitu memuaskan disebabkan mungkin libidoku terlalu tinggi dan juga istriku tdk dapat setiap saat melayaniku untuk melakukan itu. Pokoknya banyaklah alasan-alasan yg dikeluarkan, capeklah kondisi kurang fitlah dan lain sebagainya.

Cerita Seks Terbaru | Hingga pada suatu hari di kantorku ada acara rapat masalah kinerja perusahaan, yg dihadiri oleh hampir seluruh unit di kawasan/wilayah Indonesia Barat. Aku masih ingat akan pertemuanku dengan Mbak Vina, sekretaris dari General Manager Unit bawahan kantor kami.

Pada awalnya aku tdk begitu memperhatikannya, sampai pada suatu saat ia kebingungan untuk mempersiapkan bahan presentasi yg besok akan ditaygkan untuk bahan rapat tersebut banyak perubahan yg tentunya memerlukan komputer. Tanpa ada perasaan apapun akhirnya aku menawarkan komputerku untuk dipakai mengubah bahan-bahan presentasi tersebut karena kebetulan Mbak Vina duduk di sebelahku pada ruangan rapat tersebut.

“Silakan Bu, dipakai komputer di ruangan saya saja, untuk mengubah bahan presentasi itu”, kataku sambil berbisik karena suasana pada tegang untuk mengikuti rapat.
“Oh terima kasih Pak, tapi bagaimana ya, kita masih rapat nich”, sahutnya sambil berbisik pula.

Suasana hening sejenak tapi kulihat ia menulis sesuatu di secarik kertas dan menyodorkan padaku. Akupun membacanya,

“Jangan panggil saya Ibu dong, panggil aja Mbak.. saya khan masih muda”, begitu tulisnya.

Aku menoleh dan tersenyum. Dan bertepatan dengan itu acara rapatpun dibreak kurang lebih setengah jam untuk menikmati hidangan snack yg telah disediakan oleh panitia acara rapat tersebut. Tanpa menunda waktu lagi ia pun menagih janjiku untuk meminjamkan komputerku.

“Ayo Pak, di ruangan mana komputer Bapak?” tagihnya sambil tersenyum menggoda yg belum kutahu maksudnya.

Akupun menunjukkan ruanganku dan mempersilahkan Mbak Vina menggunakannya.

“Saya tinggal sebentar ya Mbak, mau ke toilet sebentar nich”
“Hayo.. Mau ngapain, kok pake ke toilet segala” sanggahnya.
“Biasalah panggilan alam sudah kebelet nich” kataku.

Keakrabanpun terjalin seiring dengan waktu berjalan. Dan astaga, baru aku menyadari bahwa Mbak Vina merupakan wanita karier yg sangat menarik dan cantik. Umurnya sudah 38 tahun berbeda denganku sekitar 8 tahun dan tingginya sekitar 170 cm berat badannya sungguh proposional dengan tingginya ditunjang dengan buah dadanya yg sangat besar dan padat ukurannya 36 B, kulitnya putih mulus pinggulnya sangat padat serasi dengan celana yg dikenakannya (itu aku ketahui setelah aku bercinta dengannya).

Seminggu setelah acara rapat selesai, tiba-tiba handphone Nokiaku berbunyi. Bergegas aku menjawabnya dan aku tersenyum setelah melihat siapa yg menelponku ternyata Mbak Vina.

“Hallo Aji.. Lagi sibuk ya?” katanya nyerocos.
“Ya hallo, apa khabar Mbak kok tumben nich?” sahutku balik bertanya.
“Baik aja Ji, gimana kamu sibuk nggak?” tanyanya kembali.
“Nggak Mbak memang kenapa Mbak ada yg bisa saya bantu?” tanyaku kembali.
“Eh.. Enggak sih hanya iseng aja lagi suntuk nich.. Aji ada acara gak hari ini?”.
“Nggak ada sih Mbak..” kataku menggantung. Tapi setelah aku pikir-pikir memang hari ini aku tdk ada acara dan kerjaan juga lagi sedikit tdk terlalu mendesak.

“Kita ketemuan yuk Ji?” ajak Mbak Vina.
“Oke deh Mbak.. Dimana? Tapi kita ketemuan dimana nih, aku takut nanti dilihat sama.. Itu tuh”.
“Suamiku maksudmu ya.. Aji gak usah dech nanya dia” ujarnya dengan ketus.
“Emang kenapa Mbak?” tanyaku berlagak bodoh.
“Nanti dech Mbak ceritain kalau kita sudah ketemuan”.
“Iya deh Mbak, jam 09 kita ketemuan di..”, sejenak aku berpikir untuk mencari tempat untuk bertemu tapi Mbak Vina sudah langsung menyela alur pikiranku.
“Ntar aku jemput aja kamu, tapi tunggu di depan kantor ya?” pintanya.

Hanya sekitar 10 menit aku menunggu didepan kantor. Ketika sebuah mobil sedan Honda Civic menghampiri tempat aku berdiri.

“Ayo Ji, Masuk” terdengar suara Mbak Vina yg merdu.

Segera saja aku membuka pintu dan Masuk. Kamipun terlibat pembicaraan seputar Masalah kantor sampai dengan Masalah keluarga kami. Mbak Vina menceritakan bahwa suaminya lagi dinas keluar kota dan selama ini hubungannya dengan suaminya tdk lagi berjalan dengan baik dan sudah lama mereka pisah ranjang kurang lebih sudah sekitar 2 tahunan.

“Wah jarang dipakai dong?” kataku menggoda.
“Jangan ditanya lagi.. Say” jawab Mbak Vina manja.

Sempat juga aku kaget dengan jawaban Mbak Vina yg rada-rada manja yg membuat darah birahiku bergolak dan adik kecilku mulai meregang dibalik celana kantorku.

“Eh.. Ngomong-ngomong kita mau kemana nih?” kataku parau menahan nafsu birahi yg sedang meningkat tinggi.
“Terserah Aji aja deh, Mbak sih ngikut aja”.
“Gimana kalau kita ke daerah Sanur aja Mbak, disana banyak lho yg menyewakan tempat untuk.. Eehhhmmm” usulku nekad menawarkan tempat

Yg bisa digunakan untuk sort time tanpa takut Mbak Vina tersinggung dengan ajakan tersebut. Aku lirik ke kanan sembari tersenyum melihat reaksi Mbak Vina akan ajakan tersebut. Sekilas kulihat Mbak Vina yg lagi nyetir mobil balas tersenyum yg menandakan bahwa diapun setuju akan ajakanku tersebut.

Tanpa membuang-buang waktu setelah kami chek in disebuah bungalow dan mengurus administrasinya, langsung ku sambar bibirnya mencium dan mencumbu Mbak Vina dengan ganas menyalurkan hasrat birahiku yg telah meninggi sedari tadi.

“Ooohh.. Ssshhh.. Ji, nikkkmmmaaat saayyy.. Eemmpphhh” lenguh Mbak Vina ketika lidahku bermain di rongga mulutnya yg dibalas dengan ganas pula oleh Mbak Vina dengan sedotan-sedotan yg menimbulkan bunyi berdecak keras.

“Puaskan Mbak.. Sayannggg, Mbak menginginkan ini.. Eeehhh” rintihnya sambil tangannya meremas pelan bagian bawahku yg sudah sedari tadi tegang siap untuk bertempur.

Dengan cepat pula ku reMas buah dadanya yg Masih ditutupi blazer dan branya, terasa padat dan kenyal menggairahkan, kubuka baju Mbak Vina perlahan dan dengan cepat pula kubuka pengait branya yg berwarna krem. Menyembullah buah dadanya yg besar dengan puting yg memerah kecoklatan. Tanpa membuang waktu kuisap buah dadanya, kujilati putingnya yg membuat Mbak Vina menggelinjang dan mengerang keenakan.

Terus kujilati buah dadanya perlahan turun ke perut, puser dan perlahan aku melepas celana panjang sekaligus dengan celana dalamnya. Terpampanglah tubuh telanjang nan sangat indah, putih dan sexy didepanku yg membuat nafsu syahwatku memuncak. Mbak Vinapun tdk tinggal diam, dengan cepat pula dia melepas bajuku serta celanaku dan membuang ke lantai, aku tdk mempedulikannya.

Aku dan Mbak Vina sudah tak tahan, kurebahkan perlahan Mbak Vina ke kasur dan mulai menindihnya, kucium dan kujilati kembali bibir, buah dada, perut, paha, betis dan gundukan yg.. Ohhh indah nian memeknya dihiasi dengan bulu yg tdk terlalu lebat dan tertata dengan rapi seperti Mbak Vina yg katanya senang merawat diri.

Perlahan tapi pasti kujilati belahan dinding memeknya yg memerah mengkilat dibasahi oleh cairan birahi, bau memeknya membuat aku bertambah nafsu untuk terus menjilatinya.

“Aakhhk.. Eeeckkh.. Nikmat sekali sayang. Terus sayang..”, rintihnya menahan gejolak syahwat yg kuberikan.

Terus kujilati memeknya naik turun, kujulurkan lidahku menjilati klitorisnya sambil jari tengah tangan kananku sibuk Masuk kelubang memeknya mengocok dan mengaduk aduk isi memeknya membuat Mbak Vina semakin meregang, menggelinjang menerima sensasi kenikmatan.

“Aaakkhh.. Sudah.. Sssudah sayang.. Mbak tak tahannn.. Aakkhhhkk.. Ayo sayyyaaang masukan penismu, masukan ke memek Mbaakkk” rintihnya sambil menjepit kepalaku dengan pahanya menandakan bahwa dia menginginkan aku mengakhiri jilatanku di memeknya.

Tanpa harus menunggu akupun menuruti kemauannya yg memang aku juga menginginkan permainan yg lebih. Dengan cepat kulepas celana dalamku. Mbak Vina terbelalak melihat penisku.

“Ehmm.. Besar dan panjang juga punyamu sayang.. Mbak suka itu.. Ssshhh”.

Memang ukuran penisku belum pernah aku ukur mungkin kira-kira panjangnya sekitar 18 cm. Langsung saja aku merangkak naik menindih Mbak Vina. Mbak Vina melebarkan pahanya dan penisku kuarahkan menuju kelobang memeknya. Kutekan ke memeknya yg sempit itu walaupun sudah dilumasi cairan memeknya tapi selalu gagal. Tangan Mbak Vina menyambar penisku dan menuntunnya ke lobang memeknya. Perlahan kutekan penisku ke lobang memeknya yg sempit serasa penisku dijepit oleh dinding yg sangat lembut.

“Ssshhh.. Ya.. Saaayyyaang, tekan lagi yg dalam.. Aaacchh.. Enaakk sekali penismu sayang” Mbak Vina merintih kenikmatan ketika kutekan seluruh penisku ke lubang memeknya.

Beberapa saat aku diamkan penisku di dalam memeknya, kurasakan dinding memek Mbak Vina berdenyut pelan nikmat luar biasa. Merasakan itu dengan pelan kukocok penisku naik turun diimbangi dengan goyangan pinggul Mbak Vina setengah berputar dan terkadang naik turun. Penisku terus mengocok dengan cepat mengikuti irama goyangan Mbak Vina yg membuat kenikmatan yg tiada tara. Aku pun berdesis kenikmatan.

“Ayo.. Sayang.. Ayo.. Puaskan Mbbaakk.., Ooocchh.. Aakkhhk.. Mbak mau keluar.. Saaayyyaaanngg”.

Dan bersamaan dengan rintihan kepuasan Mbak Vina mengejang, bergetar dan terkulai lemas. Sedang diriku belum mencapai klimaks, turun dari atas tubuhnya dan rebah di samping kanan untuk memberi kesempatan beristirahat dan memulihkan tenaga bagi Mbak Vina.

“Uuffhh.. Sayang.. Aji.. Belum keluar ya?” tanyanya melihat penisku yg masih mengacung gagah.
“Tapi sebentar ya.. Nanti Mbak kasih yg terindah dalam hidupmu sayang..” ujarnya sambil tangannya membelai penisku yg basah oleh cairan memeknya dan dengan lembut mulai mengocok penisku yg sedari tadi telah tegang dengan keras semakin keras saja.
“Bagi aku, yg penting Mbak puasss.. Ssshhh.. Eehhhkk” ujarku menahan rasa nikmat oleh kocokan tangan lembut Mbak Vina.

Dan Mbak Vina pun kurasa mulai bangkit kembali nafsunya, ketika dengan aktif dan perlahan kuusap, kuremas buah dadanya dan kupilin putingnya yg semakin mengeras. Perlahan Mbak Vina pun mulai mencari bibirku, mencium dan mengulum, leher dengan nafsu terus turun ke dadaku menjilati putingku yg membuat aku kegelian tapi juga nikmat. Dengan gemas pula Mbak Vinapun menggigit putingku hingga akupun terkejut dan mengelinjang dengan aksinya. Kunikmati apa yg dilakukan olehnya padaku sambil tangan kiriku meremas buah dada dan tangan kananku mengelus punggungnya yg putih dan mulus.

Perlahan ciuman Mbak Vina turun ke arah perutku menjilati pusar dan perlahan pula mulai menjilati penisku yg semakin membuatku melayg oleh permainan lidahnya diujung penisku yg sekali kali dikulumnya hingga kulihat bibir Mbak Vina yg indah penuh sesak oleh penisku. Dihisap dan dijilatnya penisku tanpa ada perasaan jijik sama sekali, sepertinya Mbak Vina menikmati permainannya bagaikan anak kecil yg haus akan es krim.

Dan yg membuatku semakin melayg adalah ketika Mbak Vina menjilati pangkal penisku dan mengulum buah pelirku serasa ngilu tapi nikmat, sekali kali Mbak Vina menjilati lubang anusku hingga aku mengelinjang dengan hebatnya menahan sensasi nikmat yg tak terlukiskan dan membuatku ketagihan akan permainan lidahnya.

“Uuugghh.. Ayo Mbak.. Aku sudah tak tahan nicchhh..” kataku lirih kepada Mbak Vina.

Diapun menuruti apa kemauanku dan mulai naik mengangkangi tubuhku serta dengan sekali tekan amblaslah penisku di memek Mbak Vina.

“Oouuughh.. Ayo sayang kita berpacu lagi.. Entot memek Mbak sayanngg.. Aaakkhh.. Nikmmaaatt.. Belum pernah Mbak mendapatkan penis yg uuueennakkk begini.. Ssshhhkk.. Kamu hebat sayang dari tadi belum keluar juga” ceracau Mbak Vina dengan liarnya.
“Iya.. Mbak.. Memek Mbak enak sekalliii.. Emmmhhh.. Aaahhhkk” kataku seiring dengan goyangan Mbak Vina yg memutar dan terkadang naik turun yg membuat buah dadanya yg besar menggelantung bergoyang.

Dengan cepat pula aku meremas kuat-kuat dan menaikan kepalaku untuk dapat menjilat buah dadanya yg padat itu.

“Terusss.. Sayyy.. Eesssttt.. Hisap terus teteknya Mbak.. Sssttt.. Oouughh” rintihnya sembari terus menggoyangkan pinggulnya di bawah hingga mengocok penisku yg menimbulkan suara crek.. crekk.. crekk..
“Mbbaaakkk.. Terus.. Sayyy” hanya itu yg dapat aku katakan menahan kenikmatan dari permainan Mbak Vina.

Peluh kami telah menetes membasahi kasur tersebut, jeritan-jeritan liar kenikmatan terus memenuhi ruangan tempat kami mengayuh bersama puncak dari kenikmatan duniawi. Tdk terasa hampir 1/2 jam Mbak Vina berada di atas tubuhku dan sudah berkali-kali pula Mbak Vina mencapai orgasme yg katanya merupakan gaya kesukaan dari Mbak Vina tapi aku tak kunjung juga mendapatkan orgasme dan dengan inisiatifku aku minta Mbak Vina untuk menungging mencoba doggie style.

Hanya dengan sekali tekan penisku menebus dinding memeknya yg terlihat dengan jelas bila Mbak Vina menungging. Pantatnya yg besar, putih dan padat membuatku semakin bernafsu mengocok maju mundur.

“Ooohh.. Mbak nikmat.. Sseekkkaaallii” kataku sambil sekali sekali menepuk pantatnya yg bergoyang menuruti irama kocokanku dan kadang-kadang Mbak Vina menjerit ketika pantatnya aku tepuk dengan keras sehingga pantat samping Mbak Vina memerah oleh tepukan tepukanku.

Belum puas dengan permainan itu, aku menyuruh Mbak Vina berbalik dan tidur di pinggiran ranjang. Tanpa banyak tanya Mbak Vina menuruti apa yg akan aku lakukan, sambil berdiri di pinggir ranjang kubuka pahanya lebar-lebar dan dengan sekali dorong penisku kembali menembus memek Mbak Vina.

Sambil kupegang kedua kakinya terus kugoyang maju mundur kadang memutar yg semakin membuat Mbak Vina merintih dan merintih kenikmatan. Ketika kunaikan kakinya ke pundakku dia pun semakin keras merintih dan akupun merasakan sesuatu akan meledak di dalam diriku, memeknya serasa menjepit dengan lembut penisku.

“Mbakk.. Aku mau keellluuaarr.. Aaacckkhhh..”, kupercepat tusukan penisku ke memeknya untuk mendapatkan orgasmeku.
“Keluarkan dimana.. Mbaakkk?”
“Di dalam saja sayy.., ayo sayyy.. Kita.. Kelluaar sama-sama..” rintih Mbak Vina sambil terus menggoyangkan pinggulnya yg juga akan mencapai klimaks.
“Ouugghh.. Aakkhhh”, creet.. creet.. penisku pun berkedut mengeluarkan maniku di dalam rahimnya sebanyak 6-7 kali. Akupun terkulai lemas.

Kubiarkan tubuhku menindih tubuh Mbak Vina dan dia pun memelukku dengan mesra.

“Ssshhh.. Kamu hebat Ji.. Mbak sampe dapat 7 kali orgasme sedangkan kamu baru satu kali.. Hihiihi.., Mbak bisa ketagihan nich sama kamu Ji..” bisik Mbak Vina sambil membelai rambutku.

Sambil mengecup kening dan bibirku Mbak Vina berkata,

“Trim’s ya Ji..”

Akupun membalas kecupannya,

“Iya Mbak.. Sama-sama, Mbak juga hebat padahal baru kali ini lho aku selingkuh sama orang.. Dan Mbak sungguh sangat memuaskan aku” kataku jujur.

Setelah beristirahat sejenak, kami pun mandi bersama. Saling berpelukan, menggosok untuk menyabuni dan tentunya bermain cinta kembali di dalam kamar mandi. Dan hari itupun kami terus bermain cinta, di sofa, bungalow, di tempat tidur, di kamar mandi dan juga di lantai memenuhi hasrat kami berdua mereguk kenikmatan bersama.

Menjelang malam aku dan Mbak Vina pun sepakat menyudahi permainan bercinta kami, mengingat bahwa aku ada yg menunggu di rumah.

Hari itu adalah hari yg terindah dan awal dari selingkuhku dengan Mbak Vina yg merupakan hari yg tak akan pernah aku lupakan sepanjang perjalanan hidupku dan kami pun berjanji untuk saling memberikan kenikmatan di saat kami saling membutuhkan kapan saja asal kami bisa menjaga rahasia hubungan kami berdua.






Cerita Anak Kos - Cerita Seks Dewasa , Belum lama ini aku kembali bertemu Kiki (bukan nama sebenarnya). Ia kini sudah berkeluarga dan sejak menikah tinggal di Palembang. Untuk suatu urusan keluarga, ia bersama anaknya yg masih berusia 6 tahun pulang ke Yogya tanpa disertai suaminya.

Cerita Seks Igo | Kiki masih seperti dulu, kulitnya yg putih, bibirnya yg merah merekah, rambutnya yg lebat tumbuh terjaga selalu di atas bahu. Meski rambutnya agak kemerahan namun karena kulitnya yg putih bersih, selalu saja menarik dipandang, apalagi kalau berada dalam pelukan dan dielus-elus.

Cerita Seks Terbaru , Perjumpaan di Yogya ini mengingatkan peristiwa sepuluh tahun lalu ketika ia masih kuliah di sebuah perguruan tinggi ternama di Yogya. Selama kuliah, ia tinggal di rumah bude, kakak ibunya yg juga kakak ibuku. Rumahku dan rumah bude agak jauh dan waktu itu kami jarang ketemu Kiki.

Aku mengenalnya sejak kanak-kanak. Ia memang gadis yg lincah, terbuka dan tergolong berotak encer. Setahun setelah aku menikah, isteriku melahirkan anak kami yg pertama. Hubungan kami rukun dan saling mencintai. Kami tinggal di rumah sendiri, agak di luar kota.

Sewaktu melahirkan, isteriku mengalami pendarahan hebat dan harus dirawat di rumah sakit lebih lama ketimbang anak kami. Sungguh repot harus merawat bayi di rumah. Karena itu, ibu mertua, ibuku sendiri, tante (ibunya Kiki) serta Kiki dengan suka rela bergiliran membantu kerepotan kami. Semua berlalu selamat sampai isteriku diperbolehkan pulang dan langsung bisa merawat dan menyusui anak kami.

Hari-hari berikutnya, Kiki masih sering datang menengok anak kami yg katanya cantik dan lucu. Bahkan, heran kenapa, bayi kami sangat lekat dengan Kiki. Kalau sedang rewel, menangis, meronta-ronta kalau digendong Kiki menjadi diam dan tertidur dalam pangkuan atau gendongan Kiki. Sepulang kuliah, kalau ada waktu, Kiki selalu mampir dan membantu isteriku merawat si kecil.

Lama-lama Kiki sering tinggal di rumah kami. Isteriku sangat senang atas bantuan Kiki. Tampaknya Kiki tulus dan ikhlas membantu kami. Apalagi aku harus kerja sepenuh hari dan sering pulang malam. Bertambah besar, bayi kami berkurang nakalnya. Kiki mulai tdk banyak mampirke rumah. Isteriku juga semakin sehat dan bisa mengurus seluruh keperluannya. Namun suatu malam ketika aku masih asyik menyelesaikan pekerjaan di kantor, Kiki tiba-tiba muncul.

“Ada apa Ki, malam-malam begini.”
“Mas Heri, tinggal sendiri di kantor?”
“Ya, Dari mana kamu?”
“Sengaja kemari.”

Kiki mendekat ke arahku. Berdiri di samping kursi kerja. Kiki terlihat mengenakan rok dan T-shirt warna kesukaannya, pink. Tercium olehku bau parfum khas remaja.

“Ada apa, Kiki?”
“Mas… aku pengin seperti Mbak Tari.”
“Pengin? Pengin apanya?” Kiki tdk menjawab tetapi malah melangkah kakinya yg putih mulus hingga berdiri persis di depanku.

Dalam sekejap ia sudah duduk di pangkuanku.

“Kiki, apa-apaan kamu ini..” Tanpa menungguku selesai bicara, Kiki sudah menyambarkan bibirnya di bibirku dan menyedotnya kuat-kuat.

Bibir yg selama ini hanya dapat kupandangi dan bayangkan, kini benar-benar mendarat keras. Kulumanya penuh nafsu dan nafas halusnya menyeruak. Lidahnya dipermainkan cepat dan menari lincah dalam rongga mulutku. Ia mencari lidahku dan menyedotnya kuat-kuat. Aku berusaha melepaskannya namun sandaran kursi menghalangi. Lebih dari itu, terus terang ada rasa nikmat setelah berbulan-bulan tdk berhubungan intim dengan isteriku. Kiki merenggangkan pagutannya dan katanya,

“Mas, aku selalu ketagihan Mas. Aku suka berhubungan dengan laki-laki, bahkan beberapa dosen telah kuajak beginian.

Tdk bercumbu beberapa hari saja rasanya badan panas dingin. Aku belum pernah menemukan laki-laki yg pas.”

Kuangkat tubuh Kiki dan kududukkan di atas kertas yg masih berserakan di atas meja kerja. Aku bangkit dari duduk dan melangkah ke arah pintu ruang kerjaku. Aku mengunci dan menutup kelambu ruangan.

“Ki.. Kuakui, aku pun kelaparan. Sudah empat bulan tdk bercumbu dengan Tari.”

“Jadikan aku Mbak Tari, Mas. Ayo,” kata Kiki sambil turun dari meja dan menyongsong langkahku.

Ia memelukku kuat-kuat sehingga dadanya yg empuk sepenuhnya menempel di dadaku. Terasa pula k0ntolku yg telah mengeras berbenturan dengan perut bawah pusarnya yg lembut. Kiki merapatkan pula perutnya ke arah kemaluanku yg masih terbungkus celana tebal. Kiki kembali menyambar leherku dengan kuluman bibirnnya yg merekah bak bibir artis terkenal. Aliran listrik seakan menjalar ke seluruh tubuh. Aku semula ragu menyambut keliaran Kiki. Namun ketika kenikmatan tiba-tiba menjalar ke seluruh tubuh, menjadi mubazir belaka melepas kesempatanini.

“Kamu amat bergairah, Kiki..” bisikku lirih di telinganya.
“Hmmm… iya… Sayang..” balasnya lirih sembari mendesah.
“Aku sebenarnya menginginkan Mas sejak lama… ukh…” serunya sembari menelan ludahnya.
“Ayo, Mas… teruskan..”
“Ya Sayang. Apa yg kamu inginkan dari Mas?”
“Semuanya,” kata Kiki sembari tangannya menjelajah dan mengelus batang kemaluanku.

Bibirnya terus menyapu permukaan kulitku di leher, dada dan tengkuk. Perlahan kusingkap T-Shirt yg dikenakannya. Kutarik perlahan ke arah atas dan serta merta tangan Kiki telah diangkat tanda meminta T-Shirt langsung dibuka saja. Kaos itu kulempar ke atas meja. Kedua jemariku langsung memeluknya kuat-kuat hingga badan Kiki lekat ke dadaku.

Kedua bukitnya menempel kembali, terasa hangat dan lembut. Jemariku mencari kancing BH yg terletak di punggungnya. Kulepas perlahan, talinya, kuturunkan melalui tangannya. BH itu akhirnya jatuh ke lantai dan kini ujung payudaranya menempel lekat ke arahku. Aku melorot perlahan ke arah dadanya dan kujilati penuh gairah. Permukaan dan tepi putingnya terasa sedikit asin oleh keringat Kiki, namun menambah nikmat aroma gadis muda.

Tangan Kiki mengusap-usap rambutku dan menggiring kepalaku agar mulutku segera menyedot putingnya.

“Sedot kuat-kuat Mas, sedooottt…” bisiknya.

Aku memenuhi permintaannya dan Kiki tak kuasa menahan kedua kakinya. Ia seakan lemas dan menjatuhkan badan ke lantai berkarpet tebal. Ruang ber-AC itu terasa makin hangat.

“Mas lepas…” katanya sambil telentang di lantai.

Kiki meminta aku melepas pakaian. Kiki sendiri pun melepas rok dan celana dalamnya. Aku pun berbuat demikian namun masih kusisakan celana dalam. Kiki melihat dengan pandangan mata sayu seperti tak sabar menunggu. Segera aku menyusulnya, tiduran di lantai. Kudekap tubuhnya dari arah samping sembari kugosokkan telapak tanganku ke arah putingnya. Kiki melenguh sedikit kemudian sedikit memiringkan tubuhnya ke arahku. Sengaja ia segera mengarahkan putingnya ke mulutku.

“Mas sedot Mas… teruskan, enak sekali Mas… enak…” Kupenuhi permintaannya sembari kupijat-pijat pantatnya.

Tanganku mulai nakal mencari selangkangan Kiki. Rambutnya tdk terlalu tebal namun datarannya cukup mantap untuk mendaratkan pesawat “cocorde” milikku. Kumainkan jemariku di sana dan Kiki tampak sedikit tersentak.

“Ukh… khmem.. hsss… terus… terus,” lenguhnya tak jelas.

Sementara sedotan di putingnya kugencarkan, jemari tanganku bagaikan memetik dawai gitar di pusat kenikmatannya. Terasa jemari kanan tengahku telah mencapai gumpalan kecil daging di dinding atas depan memeknya, ujungnya kuraba-raba lembut berirama. Lidahku memainkan puting sembari sesekali menyedot dan menghembusnya. Jemariku memilin klitoris Kiki dengan teknik petik melodi.

Kiki menggelinjang-gelinjang, melenguh-lenguh penuh nikmat.

“Mas… Mas… ampun… terus, ampun… terus ukhhh…” Sebentar kemudian Kiki lemas.

Namun itu tdk berlangsung lama karena Kiki kembali bernafsu dan berbalik mengambil inisitif. Tangannya mencari-cari arah kejantananku. Kudekatkan agar gampang dijangkau, dengan serta merta Kiki menarik celana dalamku. Bersamaan dengan itu melesat keluar pusaka kesayangan Tari. Akibatnya, memukul ke arah wajah Kiki.

“Uh… Mas… apaan ini,” kata Kiki kaget.

Tanpa menunggu jawabanku, tangan Kiki langsung meraihnya. Kedua telapak tangannya menggenggam dan mengelus k0ntolku.

“Mas… ini asli?”

“Asli, 100 persen,” jawabku.

Kiki geleng-geleng kepala. Lalu lidahnya menyambar cepat ke arah permukaan k0ntolku yg berdiameter 6 cm dan panjang 19 cm itu, sedikit agak bengkok ke kanan. Di bagian samping kanan terlihat menonjol aliran otot keras. Bagian bawah kepalanya, masih tersisa sedikit kulit yg menggelambir. Otot dan gelambiran kulit itulah yg membuat perempuan bertambah nikmat merasakan tusukan senjata andalanku.

“Mas, belum pernah aku melihat k0ntol sebesar dan sepanjang ini.”
“Sekarang kamu melihatnya, memegangnya dan menikmatinya.”
“Alangkah bahagianya MBak Tari.”
“Makanya kamu pengin seperti dia, kan?”

Kiki langsung menarik k0ntolku.

“Mas, aku ingin cepat menikmatinya. Masukkan, cepat masukkan.”

Kiki menelentangkan tubuhnya. Pahanya direntangkannya. Terlihat betapa mulus putih dan bersih. Diantara bulu halus di selangkangannya, terlihat lubang memek yg mungil. Aku telah berada di antara pahanya. Exocet-ku telah siap meluncur. Kiki memandangiku penuh harap.

“Cepat Mas, cepat..”
“Sabar Kiki. Kamu harus benar-benar terangsang, Sayang…”

Namun tampaknya Kiki tak sabar. Belum pernah kulihat perempuan sekasar Kiki. Dia tak ingin dicumbui dulu sebelum dirasuki k0ntol pasangannya.

“Cepat Mas…” ajaknya lagi.

Kupenuhi permintaannya, kutempelkan ujung k0ntolku di permukaan lubang memeknya, kutekan perlahan tapi sungguh amat sulit masuk, kuangkat kembali namun Kiki justru mendorongkan pantatku dengan kedua belah tangannya. Pantatnya sendiri didorong ke arah atas. Tak terhindarkan, batang k0ntolku bagai membentur dinding tebal. Namun Kiki tampaknya ingin main kasar. Aku pun, meski belum terangsang benar, kumasukkan k0ntolku sekuat dan sekencangnya. Meski perlahan dapat memasukirongga memeknya, namun terasa sangat sesak, seret, panas, perih dan sulit. Kiki tdk gentar, malah menyongsongnya penuh gairah.

“Jangan paksakan, Sayang..” pintaku.

“Terus. Paksa, siksa aku. Siksa… tusuk aku. Keras… keras jangan takut Mas, terus..” Dan aku tak bisa menghindar. Kulesakkan keras hingga separuh k0ntolku telah masuk.

Kiki menjerit,

“Aouwww.. sedikit lagi..” Dan aku menekannya kuat-kuat.

Bersamaan dengan itu terasa ada yg mengalir dari dalam memek Kiki, meleleh keluar. Aku melirik, darah… darah segar. Kiki diam. Nafasnya terengah-engah. Matanya memejam. Aku menahan k0ntolku tetap menancap. Tdk turun, tdk juga naik. Untuk mengurangi ketegangannya, kucari ujung puting Kiki dengan mulutku. Meski agak membungkuk, aku dapat mencapainya. Kiki sedikit berkurang ketegangannya.

Beberapa saat kemudian ia memintaku memulai aktivitas. Kugerakkan k0ntolku yg hanya separuh jalan, turun naik dan Kiki mulai tampak menikmatinya. Pergerakan konstan itu kupertahankan cukup lama. Makin lama tusukanku makin dalam. Kiki pasrah dan tdk sebuas tadi. Ia menikmati irama keluar masuk di liang kemaluannya yg mulai basah dan mengalirkan cairan pelicin. Kiki mulai bangkit gairahnya menggelinjang dan melenguh dan pada akhirnya menjerit lirih,

“Uuuhh.. Mas… uhhh… enaakkkk.. enaaakkk… Terus… aduh… ya ampun enaknya..” Kiki melemas dan terkulai.

Kucabut k0ntolku yg masih keras, kubersihkan dengan bajuku. Aku duduk di samping Kiki yg terkulai.

“Kiki, kenapa kamu?”
“Lemas, Mas. Kamu amat perkasa.”
“Kamu juga liar.”

Kiki memang sering berhubungan dengan laki-laki. Namun belum ada yg berhasil menembus keperawanannya karena selaput daranya amat tebal. Namun perkiraanku, para lelaki akan takluk oleh garangnya Kiki mengajak senggama tanpa pemanasan yg cukup. Gila memang anak itu, cepat panas.

Sejak kejadian itu, Kiki selalu ingin mengulanginya. Namun aku selalu menghindar. Hanya sekali peristiwa itu kami ulangi di sebuah hotel sepanjang hari. Kiki waktu itu kesetanan dan kuladeni kemauannya dengan segala gaya. Kiki mengaku puas. baca cerita sex lainya di seksigo.com

Setelah lulus, Kiki menikah dan tinggal di Palembang. Sejak itu tdk ada kabarnya. Dan, ketika pulang ke Yogya bersama anaknya, aku berjumpa di rumah bude.

“Mas Heri, mau nyoba lagi?” bisiknya lirih.

Aku hanya mengangguk.

“Masih gede juga?” tanyanya menggoda.
“Ya, tambah gede dong.”

Dan malamnya, aku menyambangi di hotel tempatnya menginap. Pertarungan pun kembali terjadi dalam posisi sama-sama telah matang.

“Mas Heri, Mbak Tari sudah bisa dipakai belum?” tanyanya.
“Belum, dokter melarangnya,” kataku berbohong.

Dan, Kiki pun malam itu mencoba melayaniku hingga kami sama-sama terpuaskan.

Cerita Anak Kos - Cerita Seks Terbaru , Sebelumnya saya perkenalkan diri terlebih dahulu, nama saya Rahmat (samaran), usia saya saat ini adalah 37 tahun. Kejadian ini adalah kisah nyata hidup saya yg terjadi sepuluh tahun yg lalu, jadi saat itu usia saya baru sekitar 27 tahun.

Cerita Seks Tante Girang | Sebelum saya ceritakan pengalaman sex saya dengan Mbak Nanik, perlu saya sampaikan juga bahwa ( mungkin ) saya mengidap suatu kelainan, yaitu saya lebih tertarik dengan wanita yg usianya sebaya dengan saya ataupun lebih tua, meskipun saya tdk terlalu menolak dengan wanita yg usianya dibawah saya. Hampir semua (tapi tdk 100%), pacar-pacar saya ataupun teman-teman kencan saya biasanya memiliki usia sebaya ataupun lebih tua. Tetapi istri saya saat ini memang lebih muda dari saya lima tahun.

Cerita Seks Igo | Saya menyukai wanita yg lebih tua, karena saya merasa kalau bermain cinta dengan mereka, saya merasakan ada sensasi tersendiri. Terlebih kalau teman kencan saya seorang janda, saya akan semakin menikmati permainan-permainannya dengan baik. Saya mempunyai seorang tetangga, sekaligus kawan bermain, tetapi usianya 3 tahun dibawah saya, sebut saja namanya Adit (nama samaran).

Cerita Seks Dewasa | Saya berkawan dan bersahabat dengan dia sudah sejak kecil. Hubungan saya dengan Adit sudah seperti kakak beradik. Kami saling bermain, saya ke rumahnya ataupun dia yg ke rumahku. Makan dan terkadang tidur pun kami sering bersama. Adit ini anak tertua dari 4 bersaudara. Ayahnya meninggal dunia ketika dia berumur 15 tahun.

Adit ini mempunyai ibu, namanya Nanik. Meskipun Mbak Nanik ini ibu dari teman dekat saya, tetapi saya memanggilnya tetap dengan panggilan mbak, bukan tante (saya tdk tahu kenapa memanggilnya mbak, mungkin saya ikut-ikutan ibu saya). Karena saya sudah terbiasa bergaul dengan keluarga Mbak Nanik, maka Mbak Nanik menganggap saya sudah seperti anaknya sendiri. Sehingga Mbak Nanik tdk merasa malu untuk bertingkah wajar di hadapanku, terutama sekali dia sudah terbiasa berpakaian minim, meskipun saya ada di depannya.

Apabila selesai mandi, dan keluar dari kamar mandi, Mbak Nanik tanpa malu-malu jalan di hadapan saya hanya dengan melilitkan handuk di tubuhnya. Sehingga dengan jelas sekali terlihat kemolekan tubuhnya. Warna kulitnya yg kuning bersih, dengan bentuk pantat yg bulat dan sintal, serta sepasang lengan yg indah dengan bebasnya dapat dipandangi, meskipun saya pada saat itu masih SD ataupun SMP, tetapi secara naluri, saya sudah ingin juga melihat kemolekan tubuh Mbak Nanik.

Hubungan dengan Adit tetap baik, meskipun saya sudah pindah rumah (meskipun dalam satu kota) dan meskipun saya sudah kuliah ke lain kota, hubungan saya dengan keluarga Mbak Nanik juga tetap tdk berubah. Kalau saya pulang ke rumah sebulan sekali, saya selalu sempatkan main ke rumah Adit.

Setelah kematian suaminya, Mbak Nanik selama kurang lebih 8 tahun tetap menjanda. Meskipun sebenarnya banyak laki-laki yg tertarik padanya, karena Mbak Nanik ini orangnya cantik, seksi, kulitnya kuning, bicaranya ramah dan supel. Penampilannya selalu nampak bersih (selalu bermake-up setiap saat). Tetapi semuanya ditolak, karena alasan Mbak Nanik pada saat itu katanya lebih berkonsentrasi untuk dia dalam mengasuh anak-anaknya.

Tetapi setelah 8 tahun menjanda, akhirnya dia menikah dengan seorang duda tua yg meskipun kaya raya tetapi sakit-sakitan (Mbak Nanik mau menikah dengan dia karena alasan ekonomi). Tetapi perkawinan ini hanya bertahan kurang lebih 2 tahun, karena suaminya yg baru ini akhirnya juga meninggal.

Setelah saya Dewasa, rasa tertarik saya dengan Mbak Nanik semakin menggebu. Tubuh yg seksi, pantat yg padat, dan betis yg kecil serta indah selalu menjadi sasaran mata saya. Terkadang saya sering mencuri pandang dengan Mbak Nanik, pada saat ngobrol dengan Adit dankebetulan Mbak Nanik lewat. Apalagi kalau sedang ngobrol dengan Adit dan Mbak Nanik ikut, wah rasanya jadi senang sekali. Bahkan sering saya sengaja main ke rumah Adit, dimana pada saat Adit tdk ada di rumah, sehingga saya dengan leluasa dapat ngobrol berdua dengan Mbak Nanik.

Meskipun keinginan untuk bercinta dengan Mbak Nanik selalu menggebu, tetapi saya masih kesulitan untuk mencari cara memulainya. Terkadang rasa ragu dan malu selalu menghantui, takut kalau nanti Mbak Nanik menolak untuk diajak bercinta. Tetapi kalau kemauan sudah kuat, segala cara akan ditempuh demi tercapainya keinginan. Hal ini terjadi secara kebetulan, ketika suatu sore MBak Nanik minta tolong saya untuk mengantarkan melihat komplek perumahan yg baru di pinggiran kota, karena dia bermaksud membeli rumah kecil di komplek perumahan tersebut.

Kami berdua berangkat dengan memakai mobil saya. Karena lokasinya masih baru dan masih dalam tahap pembangunan, sehingga sesampainya di lokasi, suasananya terlihat sepi, tdk ada seorang pun di tempat itu. Kami berdua berkeliling-keliling dengan berjalan kaki melihat-lihat rumah-rumah yg baru dibangun. Saya ajak Mbak Nanik masuk ke salah satu rumah yg sedang dibangun, yg tentunya masih kosong, kami melihat-lihat ke dalamnya.

Kami berjalan berdampingan, dan setelah masuk ke salah satu rumah yg sedang dibangun. Dengan tiba-tiba saya dekap pundaknya, saya rekatkan ke dada saya, perasaan saya pada saat itu tdk menentu, antara senang, takut kalau-kalau dia marah dan menampar saya, danperasaan birahi yg sudah sangat menggebu. Tetapi syukur, ternyata dia hanya tersenyum memandang saya. Melihat tdk ada penolakan yg berarti, saya mulai berani untuk mencium pipinya, lagi-lagi dia hanya tersenyum malu sambil pura-pura menjauhkan diri dan sambil berkata,

“Ach.. Rahmat ini ada-ada saja..”

Saya berkata,

“Mbak Nanik marah yaa..?”

Dia hanya menjawab dengan gelengan kepala dan sambil tersenyum terus menundukkan kepala.

Melihat bahasa tubuh yg menunjukkan “lampu Hijau”, serangan saya semakin berani. Saya mengejarnya dan mendekapnya, dan akhirnya saya berhasil mencium bibirnya yg tipis, mungil dan berkilat oleh lipstick yg selalu menghiasi bibirnya. Sambil saya bersandar di dinding, saya dekap dengan erat tubuh Mbak Nanik.

Saya cium bibirnya, “Uhhmm..” dia bergumam dan balas memeluk dengan erat.

Ternyata tanpa diduga, Mbak Nanik membalas ciuman saya dengan bergairah. Saya kembali balas ciumannya yg sangat bergairah dengan permainan lidah saya. Lidah kami sudah menari-nari. Kedua tangan saya sudah mencari sasaran-sasaran yg sensitif. Bukit kembarnya yg mungil tapi masih padat dan terlihat seksi menjadi sasaran kedua tangan saya.

Kedua bukit kembar ini sudah lama kuidam-idamkan untuk menjamahnya. Kami berciuman agak lama. Nafas Mbak Nanik semakin memburu. Ciuman, saya alihkan dari bibirnya yg mungil turun ke lehernya. Dia menengadahkan wajahnya sambil matanya terpejam. Menikmati rangsangan kenikmatan yg sudah lama tdk dia rasakan.

“Uchmm.. mm..” mulutnya selalu bergumam, tandanya dia menikmatinya.

Kedua tanganku saya dekapkan ke pantatnya yg bulat dan seksi. Sehingga tubuhnya semakin marapat ke tubuh saya. Dekapan kedua tangannya ke leher saya semakin diperkuat, seiring dengan lenguhan bibirnya yg semakin panjang,
“Uuucchmm.. mm.”

Batang kejantanan yg tegang sejak berangkat dari rumahnya Mbak Nanik, kini ditekan dengan kencang oleh tubuh Mbak Nanik yg bergoyang-goyang. Rasa nikmat menjalar dari batang kejantananku mengalir naik ke ubun-ubun. Ciumanku terus turun setelah beberapa lama singgah di lehernya, turun menuruni celah bukit kembarnya. Kedua BH-nya yg berwarna merah muda, serasi dengan kulitnya yg langsat, semakin menambah indahnya susu Mbak Nanik.

Karena tubuh Mbak Nanik agak kecil, saya agak sedikit berjongkok, agar mampu mencium kedua susunya yg sudah mengeras. Kedua tangan saya pergunakan untuk menahan punggungnya yg mulai melengkung atas sensasi ciuman saya ke susunya. Deru nafas Mbak Nanik semakin memburu.

Gesekan tubuhnya ke batang keperkasaan saya semakin cepat frekuensinya, dan akhirnya,

“Udach acch Rahmati.. jangan disini, nggak enak kalau nanti ketahuan..” sambil berusaha melepaskan tubuhnya dari dekapan saya.
“Sebentar Mmmbbak..!” jawab saya dengan mulut tdk bergeser dari susunya.
“Rahmat, nanti kita lannjuttkan saja di llain ttemmpat..” suranya terputus-putus karena tersengal oleh nafasnya yg memburu.
“Oke dech Mbak Nanik, tapi Mbak Nanik harus janji dulu, kapan dilanjutkannya dan dimana..?” tanyaku sambil masih mendekap dengan erat tubuh Mbak Nanik.

“Besok pagi saja di rumahku jam 10. Karena kalau pagi rumahku sepi.”
“Oke dech, besok pagi jam sepuluh saya datang lagi.”
“Yuk kita pulang, anter aku dulu ke rumah, anak nakaall..!” pinta Mbak Nanik manja sambil mencubit hidungku.
“Aku antar ke rumah, tapi kasih dulu uang muka untuk besok pagi.” sambil mengarahkan ciuman saya ke bibirnya sekali lagi sebagai uang muka untuk besok pagi.

Dia belum sempat tersenyum karena bibirnya sudah kukulum dengan mesranya.

Hari mulai gelap dan gerimis mengiringi kepulangan kami. Kami berjalan pulang ke rumah Mbak Nanik, tetapi suasana dalam perjalanan pulang sudah jauh berbeda dengan suasana ketika kami berangkat tadi. Karena ketika kami berangkat tadi, perilaku kami sebagai seorang tante dengan “keponakannya”, tapi sekarang sudah berubah menjadi perjalanan seorang tante dengan “keenakannya”.

Selama perjalanan, Mbak Nanik menggoda saya,

“Waduh.., ternyata selama ini saya salah, saya kirain Rahmat itu orangnya alim, tapi ternyata..”
“Ternyata enak khan..?” goda saya sambil mencubit dagunya yg menggemaskan. Kami berdua tertawa berderai.
“Kalau tahu gitu, mending dari dulu yaa..?” kata Mbak Nanik menggoda.
“Iya kalau dari dulu, vagina Mbak Nanik mungkin tdk karatan ya..?” balasku menggoda.
“Emangnya besi tua..!” jawab Mbak Nanik bersungut.
“Bukan besi tua, tapi besi pusaka.” jawab saya.

Selama perjalanan, tangan Mbak Nanik tdk henti-hentinya selalu meremas tangan saya yg sebelah kiri (sebelah kanan untuk pegang setir). Tangan saya baru dilepaskan ketika saya pergunakan untuk pindah gigi saja. Selebihnya selalu dipegang dan diremas-remas oleh Mbak Nanik.

“Mbak.., jangan tanganku aja donk yg diremas-remas..!” pinta saya dengan manja.
“Lha yg mana lagi yg minta diremas..?”
“Ya yg nggak ada tulangnya donk yg diremas.”
“Dasar anak nakal.” Mbak Nanik tersenyum, tapi tangannya beralih untuk meremas rudal yg masih tegang belum tersalurkan.

Ternyata Mbak Nanik tdk hanya meremas rudal saya saja, melainkan juga menciuminya.

“Mbak.., bebas aja lho Mbak, jangan sungkan-sungkan, anggap aja milik sendiri.” goda saya sambil tersenyum.
“Terus minta diapakan lagi..?” pancing Mbak Nanik.
“Yaa.., kalau mau dikulum juga boleh.” jawab saya.
“Emangnya nggak kelihatan orang..?” tanyanya ragu.
“Khan udah malem, lagian hujan, pasti nggak kelihatan.”

Tanpa menunggu jawaban, tangan Mbak Nanik sudah mulai membuka resluiting celana dan mengeluarkan rudal saya. Saya geser kursi saya agak ke belakang, agar Mbak Nanik dapat leluasa mempermainkan rudal indah milik saya. Dirabanya rudal itu dan diciuminya, akhirnya bibirnya yg mungil mengulum dan menjilatinya. Terasa mendapat aliran listrik yg menggetarkan ketika lidah Mbak Nanik menjilati kepala rudal saya. Dan terasa hangat dan basah ketika mulutnya mengulum batang kejantanan saya yg semakin menegang. Dua perasaan yg penuh sensasi berganti-ganti saya rasakan. Antara getaran karena jilatan lidah dan hangatnya kuluman saling berganti. Kedua kaki terasa tegang, dan pantat saya tdk terasa terangkat karena sensasi yg ditimbulkan oleh kuluman bibir Mbak Nanik yg ternyata sangat ahli.

Untuk menghindari konsentrasi yg terpecah, terpaksa saya meminggirkan mobil ke jalur lambat, dan memberhentikan mobil. Keadaan sangat mendukung, karena pada saat itu tepat dengan turunnya hujan, dan lalu lintas kendaraan agak sepi, sehingga kami berdua tdk merasa terganggu untuk melanjutkan permainan di dalam mobil.

Mbak Nanik mengulum kemaluan saya dengan semangat. Kepalanya terlihat turun naik-turun naik yg terkadang cepat, terkadang lambat. Mulutnya terus bergumam, sebagai tanda bahwa dia juga menikmatinya. Kedua tangan saya memegang kepala Mbak Nanik naik-turun mengikuti gerakannya. Kaki semakin kejang dengan pantat saya yg naik turun akibat rasa sensasi yg luar biasa. Untuk mengimbangi permainannya, pantat Mbak Nanik yg terlihat nungging, saya remas dengan tangan kiri, sementara tangan kanan masih membelai susu Mbak Nanik, saya remas dengan pelan kedua susunya bergantian dengan tangan kanan.

Resluiting rok bawahnya yg ada di pantat, mulai saya buka, terlihat CD-nya yg berwarna merah muda. Saya masukkan tangan kiri ke dalam CD-nya dan meremas dengan gemas pantatnya yg padat berisi. Tangan saya bergerak turun menelusuri celah pantatnya, dan sekarang menuju liang kemaluannya. Kemaluannya saya sentuh dari belakang, dan terasa sudah sangat basah dan merekah.

Saya belai-belai bibir luar kewanitaannya dan akhirnya saya belai-belai klitnya. Merasa klitnya tersentuh oleh jari saya, pantat Mbak Nanik semakin dinaikkan, dan terasa tegang, kuluman ke batang kejantanan saya semakin kencang. Tangan kanan saya masih meremas-remas susunya yg semakin tegak. Melihat perpaduan antara belaian klitoris, remasan susu dan kuluman rudal, suara kami jadi semakin maracau.

Pantat kami semakin naik turun. Erangan kenikmatan dan sensasi aliran listrik menjalar ke sekujur tubuh kami. Tiba-tiba Mbak Nanik melepaskan kulumannya. Dia kembali ke posisi duduk dan telentang sambil matanya tetap terpejam oleh kenikmatan yg sudah bertahun-tahun tdk dirasakan. Saya tahu maksudnya, bahwa dia minta gantian agar kewanitaannya dijilati.

Saya singkapkan roknya, dan Mbak Nanik dengan tergesa-gesa melepaskan sendiri CD-nya, seakan tdk sabar dan tdk ingin ada waktu luang yg terputus. Kedua kakinya sudah ditelentangkan, kemaluannya yg mungil dengan bulu-bulu halus dan terawat sudah kelihatan merekah. Saya dekatkan mulut saya ke liang senggamanya, tetapi saya baru akan menjilati kedua selangkangannya terlebih dahulu. Dia meremas-remas rambut saya. Kedua kakinya mengejang-ngejang dan bergerak-gerak tdk terkontrol. Pantatnya digerak-gerakkan naik turun. Ini artinya Mbak Nanik sudah sangat penasaran dan sangat gemas agar kemaluannya ingin dijilati. Dia kelihatan penasaran sekali. Saya jilati bibir kemaluannya.

Harumnya yg khas kemaluan wanita semakin merangsang saya. Remasan-remasan di kepala saya semakin kuat. Akhirnya saya buka bibir kemaluannya, saya jilati klitorisnya. Ketika lidah saya menyentuh klitorisnya, nafas lega dan erangan kenikmatan keluar dari mulutnya.

“Uuuhh.. uhh.. uughh..!” terus menerus keluar dari mulutnya.

Kepalanya selalu bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri. Remasan remasan tangan kirinya sekarang beralih ke punggung saya, sedangkan tangan kanannya berusaha mencari batang keperkasaan saya dan akhirnya meremas-remas dan mengocoknya. Tangan yg lembut dengan kocokan dan remasan yg halus, memijat-mijat batang kejantanan saya, memberikan sensasi tersendiri pada rudal kebanggaan milik saya.

Lidah saya berputar-putar di klitorisnya, usapan-usapan lidah di dinding vagina, terkadang saya selingi dengan isapan dan gigitan halus di klitorisnya, membuat dia semakin marancu,

“Uuugghh.. geellii banggeett..! Uuuff.., ggellii bannget..! Uuff ggllii..”

Dan secara tiba-tiba kedua tangannya mencakar punggung saya, kedua kakinya menegang, dadanya membusung naik diikuti dengan getaran tubuh yg hebat sambil mengerang,

“Uuugghhff Raaahhhmaaattt.., uuff aku mmauu kkeelluua.. aarr..”

Nafasnya tersengal dan memburu, tandanya dia sudah sampai di puncak kenikmatan seorang wanita.

“Rrraahhmatt.., kamu belum yaa..? Sini kukulum biar cepet nyampai.” suara Mbak Nanik sambil nafasnya masih memburu.

Dia membungkuk di pangkuan saya, saya telentang di jok. Dia kembali mengulum batang kejantanan saya. Bibir yg manis dan mungil kembali mengocok-ngocok rudal saya. Lidahnya dengan lembut menyapu kepala kemaluan saya. Sensasi yg tadi sempat terputus, kembali dapat saya rasakan. Kaki saya menegang, pantatku terangkat, tangan saya meremas-remas kedua pipinya.

Aliran listrik menjalar dari kepala kejantanan saya, naik ke ubun-ubun dan sekujur tubuh. Aliran tersebut kembali lagi bersama-sama mengarah ke ujung rudal saya, ke kepala kemaluan saya, dan akhirnya keluar bersama-sama dengan cairan putih dan kental ke mulut Mbak Nanik, ke bibir Mbak Nanik, ke hidungnya dan ke pipinya, banyak sekali. Seakan-akan habis sudah cairan yg ada di tubuh ini, lemas kedua tubuh kami. Untuk sejenak kami berdua berdiam diri, untuk menikmati sensasi kami, untuk mengatur nafas kami dan untuk menenangkan emosi kami.

Kami berdua telentang di jok kami masing-masing, dengan kemaluan kami yg masih terbuka. Kami saling berpandangan dan tersenyum puas. Tangan kanan Mbak Nanik meremas tangan kiriku, saya tdk tahu apa artinya, apakah ucapan terima kasih, pujian ataukah janji untuk mengulangi lagi apa yg telah kami lakukan.

Setelah istirahat sejenak, Mbak Nanik mengambil tisue dan membersihkan cairan kental yg belepotan di perutku dan kemaluan saya. Mbak Nanik memmbersihkannya dengan mesra dan terkadang bercanda dengan mencoba meremas dan membangunkan kembali rudal saya.

“Mbak. Jangan digoda lagi lho, kalau ngamuk lagi gimana..?” kataku bercanda.
“Coba aja kalau berani, siapa takut..!” jawabnya sambil menirukan iklan di TV.

Setelah membersihkan kemaluanku, dia juga membersihkan kemaluannya dengan tisue, dan memakai kembali CD-nya, merapihkan rok, blus dan BH-nya yg kusut. Sementara saya juga merapihkan kembali celana saya.

Dia menyisir rambutnya, dan merapikan kembali riasan wajahnya, sambil melirik dan tersenyum ke saya penuh bahagia.

“Mbak.., besok tetap lho ya jam sepuluh pagi.” saya mengingatkan.
“Pasti donk, mana sih yg nggak pengin sarang burungnya dimasukin burung.” canda dia.
“Apalagi sarangnya sudah kosong lama ya Mbak..?” godaku.
“Pasti enak kok kalau udah lama.” jawab dia.

Setelah kami semua rapih, Mbak Nanik aku antar pulang dengan tetap berdekapan, dia tertidur di dadaku, tangan kiri saya untuk mendekap dia dan tangan kanan saya untuk pegang stir.

Sesampainya di rumah MBak Nanik, cuaca masih gerimis. Mbak Nanik menawarkan untuk mampir sebentar di rumah.

“Mat, masuk dulu yuk..! Aku buatkan kopi hangat kesukaanmu.” ajak Mbak Nanik.
“Oke dech, aku parkir dulu mobilnya ya..?”

Sampai di dalam rumah Mbak Nanik, ternyata Adit tdk ada. Menurut Bi Inah, pembantu Mbak Nanik, katanya Adit hari ini tdk pulang, karena diminta atasannya dinas ke luar kota.

“Mat, ternyata Adit malam ini nggak pulang. Kamu tidur aja disini, di kamar Adit.” pinta Mbak Nanik sambil senyum penuh arti.

Aku tahu kemana arah pembicaraan Mbak Nanik.

“Nggak mau kalau tidur di kamar Adit, aku takut sendirian.” godaku.
“Emangnya takut sama siapa..?”
“Ya takut kalau Mbak Nanik nanti nggak nyusul ke kamarku.”
“Ssstt..! Jangan keras-keras, nanti ada yg denger.” Mbak Nanik cemberut, takut kalau ada yg dengar.
“Ya udah, aku tidur sendiri di kamar Adit, kalau nanti malam saya dimakan semut, jangan heran lho Mbak..!” saya pura-pura merajuk.
“Nggak usah ribut, mandi sana dulu, nanti malam kalau semua orang udah pada tidur, kamu boleh nyusul aku ke kamar, nggak saya kunci kamarku.” bisik Mbak Nanik pelan.
“Siip dach..!” aku ceria dan langsung pergi mandi.

Habis mandi, badan saya terasa segar kembali. Saya langsung pergi ke kamar, pura-pura tidur. Tetapi di dalam kamar saya membayangkan apa yg akan saya lakukan nanti setelah berada di kamar Mbak Nanik. Saya akan bercinta dengan orang yg sudah bertahun-tahun saya idamkan.

Jam di kamar saya menunjukkan pukul 12:30 malam. Kudengarkan kondisi di luar kamar sudah kelihatan sepi. Tdk terdengar suara apapun. TV di ruang keluarga juga sudah dimatikan Bi Inah kira-kira jam 11 tadi. Bi Inah adalah orang yg terakhir nonton TV setelah acara Srimulat yg merupakan acara kegemaran Bi Inah. Untuk mempelajari suasana, saya keluar pura-pura pergi ke kamar mandi. setelah benar-benar sepi, saya mengendap-endap masuk ke kamar Mbak Nanik.

Lampu di kamar Mbak Nanik remang-remang. Mbak Nanik tidur telentang dengan mengenakan daster tipis yg semakin memperindah lekuk tubuh Mbak Nanik. Tubuh Mbak Nanik yg mungil tapi padat berisi, terlihat tampak sempurna dibalut daster tersebut. Dengan tdk sabar saya dekap tubuh Mbak Nanik yg sedang telentang bagaikan landasan yg sedang menunggu pesawatnya mendarat. baca juga cerita sex lainya di seksigo.com

Mbak Nanik saya dekap hanya tersenyum sambil berbisik,

“Sudah nggak sabar ya..?”
“Ya Mbak, perasaan waktu kok berjalan pelaan sekali..”

Saya cium belakang telinganya yg mungil dan ranum, kemudian ciuman saya bergeser ke pipinya dan akhirnya ke bibirnya yg mungil dan juga ranum. Kedua tangan Mbak Nanik mendekap erat di leher saya. Tangan saya yg kiri saya letakkan di bawah kepala Mbak Nanik untuk merangkulnya. Sedangkan tangan kanan saya gunakan untuk membelai dan melingkari sekitar susunya. Dan dengan perlahan dan lembut, telapak tangan saya gunakan untuk meremas-remas lingkaran luar payudaranya, dan ternyata Mbak Nanik sudah tdk memakai BH lagi.

Erangan-erangan lembut Mbak Nanik mulai keluar dari bibirnya, sedangkan kedua kakinya bergerak-gerak menandakan birahinya mulai timbul. Remasan-remasan tanganku di seputar susunya mendapatkan reaksi balasan yg cukup baik, karena kekenyalan susu Mbak Nanik kelihatan semakin bertambah. Tangan kanan saya geserkan ke bawah, sebentar mengusap perutnya, beralih ke pusarnya, dan akhirnya saya gunakan untuk mengusap kewanitaannya. Ternyata Mbak Nanik juga sudah tdk memakai CD, sehingga kemaluannya yg bulat dan mononjol, serta kelembutan rambut kemaluannya dapat saya rasakan dari luar dasternya.

Kedua kakinya semakin melebar, memberikan kesempatan seluas-luasnya tangan saya untuk membelai-belai kewanitaannya. Ciuman saya beberapa saat mendarat di bibirnya, kemudian saya alihkan turun ke lehernya, ke belakang telinganya, dan akhirnya turun ke bawah, melewati celah di bukit kembarnya. Saya ciumi lingkaran luar bukit kembarnya, sebelum akhirnya menyiumi puting susunya yg sudah mengacung. Ketika lidah saya menyium sampai ke putingnya, nafas Mbak Nanik kelihatan mengangsur, menunjukkan kelegaan.

“Uuuccghh.. Rahmaatt..!”

Tali daster yg menggantung di pundaknya, saya pelorotkan sehingga menyembullah kedua bukit kembarnya yg kenyal, dengan kedua putingnya yg sudah mengacung dan tegang. Saya ciumi sekali lagi kedua bukit kembarnya, dan saya jilati putingnya dengan lidah. Sementara kedua jari dari tangan kanan saya secara bersamaan membelai-belai kedua selangkangannya, yg terkadang diselingi dengan usapan kemaluan luarnya dengan telapak tangan kanan saya. Belaian ini memberikan kehangatan di bibir kewanitaannya, selain untuk meningkatkan rasa penasaran liang senggamanya.

Jari tengah saya gunakan untuk mebelai-belai bibir luar kemaluannya yg sudah sangat basah. Saya usap klitorisnya dengan lembut dan pelan dengan menggunakan ujung jari, membuat Mbak Nanik semakin menikmati belaian lembut klitorisnya. Bibir kewanitaannya semakin merekah dan semakin basah.

Lidahku masih menari-nari di kedua putingnya yg semakin keras, jilatan lidah saya memberikan sensasi yg kuat bagi Mbak Nanik. Terbukti dia semakin erat meremas rambut saya, deru nafasnya semakin memburu dan lenguhannya semakin kencang.

“Uuuccgghh.. Rahhmmaaattt.. uugghh.. eennaaggkk..”

Saya jilati kedua putingnya kanan dan kiri bergantian, sambil meremasi dengan lembut tetapi sedikit menekan kedua susunya dengan kedua tangan saya.

Setelah saya puas menciumi susunya, ciuman saya geser ke arah perutnya, saya jilati pusarnya, kembali Mbak Nanik sedikit menggelinjang, mungkin karena kegelian. Ciuman terus saya geser ke bawah, ke arah pahanya, turun ke bawah betisnya, terus naik lagi ke atas pahanya, kemudian ciuman saya arahkan ke rambut kemaluannya yg lebat. Mendapat ciuman di rambut kemaluannya, kembali Mbak Nanik menggelinjang-gelinjang. Saya buka bibir kemaluannya yg merekah, saya ciumi dan jilati seputar bibir kewanitaannya, terus lidah saya diusapkan ke klitorisnya, dan bergantian saya gigit, terkadang saya hisap klitorisnya.

Setiap sentuhan lidah saya menjilat pada klitorisnya, tangan Mbak Nanik menjambak rambut saya. Kepalanya menggeleng-geleng, dengan dada yg dibusungkan, kedua kakinya mendekap erat leher saya, dan kicaunya semakin tdk karuan,

“Uuuccgghh.. Rahmaaattt.. uughh.. ggeellii.. uuff.. ggeellii.. seekkaallii..”

Cairan yg keluar dari kemaluannya semakin banyak, bau khas liang senggamanya semakin kuat menyengat. Rintihan, lenguhan yg keluar dari mulut Mbak Nanik semakin kacau. Gerakan-gerakan tubuh, kaki dan gelengan-gelengan kepala Mbak Nanik semakin kencang. Dadanya tiba-tiba dibusungkan, kedua kakinya tegang dan menjepit kepala saya. Saya mengerti kalau saat ini detik-detik orgasme akan segera melanda Mbak Nanik. Untuk memberikan tambahan sensasi kepada Mbak Nanik, maka kedua putingnya saya usap-usap dengan kedua jari tangan, dengan mulut tetap menyedot dan menghisap klitorisnya, maka tiba-tiba,

“Aaauughh.. Rahmaaatttt aakk.. kkuu.. kkeelluuarr.. Aaacchh..!”

Saya tetap menghisap klitorisnya. Dan dengan nafas masih terengah-engah, Mbak Nanik bangun dan duduk.

“Ayo Rahmat.., gantian kamu tidur aja telentang..!” kata Mbak Nanik sambil menidurkan saya telentang.

Gantian Mbak Nanik telungkup di samping saya. Tangannya yg lembut sudah mulai mengelus-elus batang kemaluan saya yg sudah sangat tegang. Mulutnya yg mungil mencium bibir, terus turun ke puting. Saya merasa sedikit kegelian ketika dicium puting saya. Mulutnya terus turun mencium pusar, dan akhirnya saya rasakan ada rasa hangat, basah dan sedikit sedotan sudah menjalar di rudal saya. Ternyata Mbak Nanik mulai mengocok dan mengulum kejantanan saya. Mbak Nanik mengulumnya dengan penuh nafsu. Matanya terpejam tetapi kepalanya turun naik untuk mengocok rudal saya.

Kepala kemaluan saya dijilatinya dengan lidah. Tekstur lidah yg lembut tapi sedikit kasar, membuat seakan ujung jari kaki saya terasa ada getaran listrik yg menjalar di seluruh kepala. Jilatan lidah di kepala rudal memang sangat enak. Aliran listrik terus menerus menjalar di sekujur tubuh saya. Kepala Mbak Nanik yg naik turun mengocok kejantanan saya yg saya bantu pegangi dengan kedua tangan.

Kocokannya semakin lama semakin kuat, dan hisapan mulutnya seakan meremas-remas seluruh batang keperkasaan saya. Seluruh pori-pori tubuh saya seakan bergetar dan bergolak. Getaran-getaran yg menjalar dari ujung kaki dan dari ujung rambut kepala, seakan mengalir dan bersatu menuju satu titik, yaitu ke arah rudal keperkasaan saya.

Getaran-getaran tersebut makin hebat, akhirnya kemaluan saya menjadi seolah tanggul yg menahan air gejolak. Lama-lama pertahanan kemaluanku seakan jebol, dan tiba-tiba saya menjerit.

“Mmmbbakk Naaanniikkk.. aaggkkuu kkelluuaarr..!”

Mendengar saya mengerang mau keluar, mulut Mbak Nanik tdk mau melepaskan batang kejantanan saya, tetapi malah kulumannya dipererat. Mulut Mbak Nanik menyedot-nyedot cairan yg keluar dari rudal saya dengan lahapnya, seakan tdk boleh ada yg tersisa. Batang kemaluan saya dihisap-hisapnya seakan menghisap es lilin. Sensasinya sungguh sangat dahsyat. Ternyata Mbak Nanik sangat ahli dalam permainan oral.

Nafas saya sedikit tersengal, badan sedikit lemas, karena seakan-akan semua cairan yg ada di tubuh, mulai dari ujung kaki sampai dengan kepala, habis keluar tersedot oleh Mbak Nanik. Mbak Nanik tersenyum puas sambil menggoda,

“Gimana rasanya..?”
“Waduh.., Mbak luar biasa..” jawabku sambil masih terengah-engah.
“Nggak kalahkan dengan yg muda..?” kata Mbak Nanik dengan berbangga.
“Yaa jelas yg lebih pengalaman donk yg lebih nikmat.”

Kami istirahat sejenak sambil minum. Tetapi ternyata Mbak Nanik memang luar biasa. Baru istirahat beberapa menit, tangannya sudah mulai bergerak-gerak di perut, di paha dan di selangkangan saya, membuat rasa geli di sekujur tubuh. Tangannya kembali meremas-remasbatang kemaluan saya. Karena masih darah muda, maka hanya sedikit sentuhan, kemaluan saya langsung berdiri dengan gagahnya mencari sasaran. Melihat batang keperksaan saya dengan cepatnya berdiri lagi, wajah Mbak Nanik kelihatan berseri-seri.

Sambil tangannya tetap mengocoknya, kami saling berciuman. Bibir Mbak Nanik yg mungil memang sangat merangsang semua laki-laki yg melihatnya. Ciuman yg lembut dengan usapan-usapan tangan saya ke arah putingnya, membuat birahi Mbak Nanik juga cepat naik. Putingnya seakan-akan menjadi tombol birahi. Begitu puting Mbak Nanik disenggol, lenguhan nafasnya langsung mengencang, kedua kakinya bergerak-gerak, pertanda birahinya menggebu-gebu.

Saya usap liang senggamanya dengan tangan, ternyata liang kenikmatan Mbak Nanik sudah sangat basah.

“Gila bener cewek ini, cepet sekali birahinya..,” pikir saya dalam hati.

Mbak Nanik menarik-narik punggung saya, seakan-akan memberi kode agar senjata rudal saya segera dimasukkan ke sarangnya yg sudah lama tdk dikunjungi burung pusaka.

“Ayo dong Mat..! Cepetan, Mbak sudah nggak tahan nich..!”

Alat vital saya sudah semakin tegang, dan saya sudah tdk sabar untuk merasakan kemaluan Mbak Nanik yg mungil. Saya sapukan perlahan-lahan kepala kejantanan saya di bibir kewanitaannya. Kelihatan sekali kalau Mbak Nanik menahan nafas, tandanya agak sedikit tegang, seperti gadis yg baru pertama kali main senggama. Setelah menyapukan kepala rudal saya beberapa kali di bibir kenikmatannya dan di klitorisnya. Akhirnya saya masukkan burung saya ke sarangnya dengan sangat perlahan.

Kedua tangan Mbak Nanik meremas pundak saya. Kepalanya sedikit miring ke kiri, matanya terpejam dan mulutnya sedikit terbuka sangat seksi sekali, tandanya Mbak Nanik sangat menikmati proses pemasukan batang kejantanan saya ke liang senggamanya. Lenguhan lega terdengar ketika kepala kemaluanku membentur di dasar liang kenikmatannya. Saya diamkan beberapa saat rudal saya terbenam di liang senggamanya untuk memberikan kesempatan kemaluan Mbak Nanik merasakan rudal kenikmatan dengan baik.

Saya pompakan batang kejantanan saya ke liang senggama Mbak Nanik dengan metode 10:1, yaitu sepuluh kali tusukan hanya setengah dari seluruh panjang batang kejantanan saya, dan satu kali tusukan penuh seluruh batang kejantanan saya sampai membentur ujung rahimnya. Metoda ini membuat Mbak Nanik merancau tdk karuan. Setiap kali tusukan saya penuh sampai ujung, saya kocok-kocokkan kejantanan saya beberapa lama, akhirnya saya rasakan kaki Mbak Nanik melingkar kuat di pinggang saya.

Kedua tangannya mencengkram punggung saya, dan dadanya diangkat membusung, seluruh badannya tegang mengencang, diikuti dengan lenguhan panjang,

“Aaacchh.. aauugghh.. Rahhmmaattt.. aakku.. kkeelluuaa.. aa.. rr..!”

Batang kemaluan saya terasa sangat basah dan dicengkram sangat kuat. Merasakan remasan-remasan pada rudal saya yg sangat kuat, membuat pertahann saya juga seakan makin jebol dan akhirnya,

“Ccrreet.. creet.. crrettt..!” saya juga keluar.

Setelah permainan itu, saya sering melakukan hubungan seks berkali-kali, bisa seminggu dua kali saya melakukan hubungan seks dengan Mbak Nanik. Ternyata nafsu seks Mbak Nanik cukup besar, kalau satu minggu saya tdk bermain seks dengan Mbak Nanik, pasti Mbak Nanik akan main ke rumah, ataupun setelah bekerja, dia akan menelpon saya di kantor untuk meminta jatah.

Saya melakukan hubungan seks dengan Mbak Nanik bisa dimana saja, asal tempatnya memungkinkan. Baik di rumah saya, di rumah dia, di hotel, di mobil, di garasi, di kamar mandi sambil berendam di bath-tub, di dapur sambil berdiri, bahkan aku pernah bermain seks di atas kap mesin mobil saya. Ternyata berhubungan seks itu kalau dengan perasaan agak takut dan terkadang tergesa-gesa, memberikan pengalaman tersendiri yg cukup mengasyikkan.
 
Copyright © 2015 Full PornVideo